Title : My Daughter
Author : Vi_Agsh
Genre : Romance, Family
Length : Chaptered
Main Cast : SHINee's Jonghyun, Choi Hye Soo (OC), Choi Sarang (OC)
Support Cast : All SHINee's Member & SM Town's Family
*
*
*
“Appa, Eomma, mianhae. Aku sudah membuat kalian malu.” Kepala Hye Soo tertunduk dalam. Di depan kedua orangtuanya kini dia mengakui perbuatan yang menghasilkan sebuah nyawa didalam tubuhnya. Hye Soo ingat, pria kurang ajar itu tidak pernah menggunakan pengaman walaupun Hye Soo meminta dan inilah hasilnya sekarang.
“Siapa ayahnya?” Appa meletakkan surat keterangan rumah sakit yang di berikan oleh anak semata wayangnya beberapa menit lalu. Kecewa. Tentu saja Appa kecewa, sebagai seorang ayah dia telah gagal. Tidak jauh berbeda, Eomma pun sama kecewanya. Beliau tak mampu berkata apa-apa setelah mengetahui kenyataan.
Terdengar isakan kecil dari Hye Soo. “Appa tahu aku bukan wanita murahan, kalian membesarkanku menjadi wanita yang bermoral dan bermartabat. Aku tidak tidur dengan banyak pria sehingga tak tahu siapa ayahnya. Aku tahu…” jeda. Hye Soo terpaksa harus mengingat lelaki itu lagi. Pria jahat yang sudah menanam benih tapi , dia pergi bersama wanita lain. Dengan wajah sangat bahagia.
Ingin sekali Hye Soo menampar wajah tampan pria itu. Sial! Kenapa harus kata pujian yang muncul dalam pikirannya. “… dia juga masih hidup. Hanya saja, aku sudah tidak ingin lagi mengucapkan namanya. Dia jahat, Appa.”
Appa menghela napas, “Baik. Baiklah, Appa tidak akan bertanya lagi tentang dia. Lalu kini apa rencanamu?”
“Aku akan menggugurkan bayi ini. Aku benci dia!” Hye Soo mengepalkan tangan dan mulai memukuli perutnya. Tak peduli pada rasa sakit yang timbul, dia tetap dengan aksinya berharap dengan begini bayi itu akan musnah. “Benci!”
“Andwae!” Eomma yang sedari tadi diam saja mendengarkan, kini bertindak untuk menghentikan Hye Soo menyakiti dirinya dan anaknya sendiri. Anak yang belum lahir itu tidak bersalah, tidak pantas diperlakukan seperti ini.
“Hye Soo, berhenti! Jangan begini!” Appa pun turun tangan karena istrinya kewalahan untuk menenangkan Hye Soo yang tidak juga berhenti menyakiti dirinya sendiri. Pria paruh baya ini menahan kepalan tangan putrinya dengan kuat.
“Appa, aku benci dia. Aku ingin dia mati saja…” isakan itu pun mulai menjadi tangisan. Rasa sesal pun tak ada artinya lagi sekarang. Tapi memang Hye Soo sungguh menyesal mengenal dan mencintai pria itu. Andai saja ada sesuatu yang bisa mengembalikan waktu dan keadaan, sungguh Hye Soo akan melakukannya apapun resikonya.
Eomma memeluk putri satu-satunya itu. Tak terasa airmatanya pun ikut menetes melihat Hye Soo selemah ini. Selama ini Hye Soo yang dia kenal adalah gadis yang kuat dan selalu tersenyum. Hanya karena satu orang pria, anaknya bisa menjadi sehancur ini.
“Apa kau yakin dengan keputusanmu?”
Hye Soo mengangguk cepat, “Aku tidak mau tersiksa seumur hidup dengan melihat anak ini.”
“Andwae, Hye Soo-ya. Eomma mohon jangan lakukan itu.”
Melenyapkan sebuah kehidupan, menurut Eomma bukanlah solusi terbaik. Membunuh akan menimbulkan penyesalan dimasa depan. Eomma tidak mau nanti penyesalan Hye Soo akan semakin bertambah dengan membunuh anaknya sendiri. Lagipula itu juga sebuah dosa.
“Wae, Eomma?”
“Sex diluar pernikahan sudah merupakan sebuah dosa. Eomma tidak ingin kau membuat dosa lainnya dengan membunuh anakmu sendiri. Tuhan akan mengutuk kita jika membunuh, nak. Bahkan anak itu juga nanti mengutuk kita.”
Hye Soo menutup wajahnya dengan kedua tangan, “Tapi tidak mungkin aku merawat anak ini, Eomma.” Lirihnya.
“Eomma yang akan merawatnya. Eomma akan merawatnya dengan baik.”
“Sebenarnya Appa setuju dengan Eomma-mu. Kau menghilangkan kesempatan anakmu untuk hidup, itu sama saja dengan membunuh. Ya, jika kau tidak mau merawatnya, Appa dan Eomma yang akan mengurus dia.” Appa menepuk bahu Hye Soo.
Keputusan sudah bulat. Hye Soo tidak mau membantah lagi. Selama ini dia sering sekali membantah dan tidak menurut. Kali ini dia akan menurut, Hye Soo tidak mau mengecewakan orangtuanya lagi.
Tiba-tiba Hye Soo berlutut didepan sang ayah, memegang lutut ayahnya dan menumpukan keningnya disana. “Appa, mianhae. Maafkan aku. Selama ini aku sering sekali tidak menurut pada Appa dan Eomma. Aku menyesal. Sungguh menyesal. Tolong maafkan aku. Aku tidak akan membantah lagi, aku akan melakukan semua yang Appa mau. Jika Appa ingin aku kuliah di luar negeri maka aku akan pergi.” Ucap Hye Soo sambil tetap menangis. Sang ayah hanya bisa mengusap kepala anaknya dengan sangat lembut.
Ayah mana yang tidak sedih melihat anaknya seperti ini tapi, Appa tidak boleh ikut menangis. Jika semua orang diruangan ini menangis, nanti tidak ada yang menenangkan.
“Sekarang aku hanya memohon dua hal padamu dan Eomma. Tolong jangan paksa aku untuk menikah dan jangan pernah tanyakan lagi siapa yang menghamiliku. Aku mohon…”
Appa mengangguk, “Baiklah, nak.” Eomma pun seperti itu. mengangguk untuk permintaan putrinya sembari mengusap punggung Hye Soo.
“Appa, Eomma, mianhae. Aku sudah membuat kalian malu.” Kepala Hye Soo tertunduk dalam. Di depan kedua orangtuanya kini dia mengakui perbuatan yang menghasilkan sebuah nyawa didalam tubuhnya. Hye Soo ingat, pria kurang ajar itu tidak pernah menggunakan pengaman walaupun Hye Soo meminta dan inilah hasilnya sekarang.
“Siapa ayahnya?” Appa meletakkan surat keterangan rumah sakit yang di berikan oleh anak semata wayangnya beberapa menit lalu. Kecewa. Tentu saja Appa kecewa, sebagai seorang ayah dia telah gagal. Tidak jauh berbeda, Eomma pun sama kecewanya. Beliau tak mampu berkata apa-apa setelah mengetahui kenyataan.
Terdengar isakan kecil dari Hye Soo. “Appa tahu aku bukan wanita murahan, kalian membesarkanku menjadi wanita yang bermoral dan bermartabat. Aku tidak tidur dengan banyak pria sehingga tak tahu siapa ayahnya. Aku tahu…” jeda. Hye Soo terpaksa harus mengingat lelaki itu lagi. Pria jahat yang sudah menanam benih tapi , dia pergi bersama wanita lain. Dengan wajah sangat bahagia.
Ingin sekali Hye Soo menampar wajah tampan pria itu. Sial! Kenapa harus kata pujian yang muncul dalam pikirannya. “… dia juga masih hidup. Hanya saja, aku sudah tidak ingin lagi mengucapkan namanya. Dia jahat, Appa.”
Appa menghela napas, “Baik. Baiklah, Appa tidak akan bertanya lagi tentang dia. Lalu kini apa rencanamu?”
“Aku akan menggugurkan bayi ini. Aku benci dia!” Hye Soo mengepalkan tangan dan mulai memukuli perutnya. Tak peduli pada rasa sakit yang timbul, dia tetap dengan aksinya berharap dengan begini bayi itu akan musnah. “Benci!”
“Andwae!” Eomma yang sedari tadi diam saja mendengarkan, kini bertindak untuk menghentikan Hye Soo menyakiti dirinya dan anaknya sendiri. Anak yang belum lahir itu tidak bersalah, tidak pantas diperlakukan seperti ini.
“Hye Soo, berhenti! Jangan begini!” Appa pun turun tangan karena istrinya kewalahan untuk menenangkan Hye Soo yang tidak juga berhenti menyakiti dirinya sendiri. Pria paruh baya ini menahan kepalan tangan putrinya dengan kuat.
“Appa, aku benci dia. Aku ingin dia mati saja…” isakan itu pun mulai menjadi tangisan. Rasa sesal pun tak ada artinya lagi sekarang. Tapi memang Hye Soo sungguh menyesal mengenal dan mencintai pria itu. Andai saja ada sesuatu yang bisa mengembalikan waktu dan keadaan, sungguh Hye Soo akan melakukannya apapun resikonya.
Eomma memeluk putri satu-satunya itu. Tak terasa airmatanya pun ikut menetes melihat Hye Soo selemah ini. Selama ini Hye Soo yang dia kenal adalah gadis yang kuat dan selalu tersenyum. Hanya karena satu orang pria, anaknya bisa menjadi sehancur ini.
“Apa kau yakin dengan keputusanmu?”
Hye Soo mengangguk cepat, “Aku tidak mau tersiksa seumur hidup dengan melihat anak ini.”
“Andwae, Hye Soo-ya. Eomma mohon jangan lakukan itu.”
Melenyapkan sebuah kehidupan, menurut Eomma bukanlah solusi terbaik. Membunuh akan menimbulkan penyesalan dimasa depan. Eomma tidak mau nanti penyesalan Hye Soo akan semakin bertambah dengan membunuh anaknya sendiri. Lagipula itu juga sebuah dosa.
“Wae, Eomma?”
“Sex diluar pernikahan sudah merupakan sebuah dosa. Eomma tidak ingin kau membuat dosa lainnya dengan membunuh anakmu sendiri. Tuhan akan mengutuk kita jika membunuh, nak. Bahkan anak itu juga nanti mengutuk kita.”
Hye Soo menutup wajahnya dengan kedua tangan, “Tapi tidak mungkin aku merawat anak ini, Eomma.” Lirihnya.
“Eomma yang akan merawatnya. Eomma akan merawatnya dengan baik.”
“Sebenarnya Appa setuju dengan Eomma-mu. Kau menghilangkan kesempatan anakmu untuk hidup, itu sama saja dengan membunuh. Ya, jika kau tidak mau merawatnya, Appa dan Eomma yang akan mengurus dia.” Appa menepuk bahu Hye Soo.
Keputusan sudah bulat. Hye Soo tidak mau membantah lagi. Selama ini dia sering sekali membantah dan tidak menurut. Kali ini dia akan menurut, Hye Soo tidak mau mengecewakan orangtuanya lagi.
Tiba-tiba Hye Soo berlutut didepan sang ayah, memegang lutut ayahnya dan menumpukan keningnya disana. “Appa, mianhae. Maafkan aku. Selama ini aku sering sekali tidak menurut pada Appa dan Eomma. Aku menyesal. Sungguh menyesal. Tolong maafkan aku. Aku tidak akan membantah lagi, aku akan melakukan semua yang Appa mau. Jika Appa ingin aku kuliah di luar negeri maka aku akan pergi.” Ucap Hye Soo sambil tetap menangis. Sang ayah hanya bisa mengusap kepala anaknya dengan sangat lembut.
Ayah mana yang tidak sedih melihat anaknya seperti ini tapi, Appa tidak boleh ikut menangis. Jika semua orang diruangan ini menangis, nanti tidak ada yang menenangkan.
“Sekarang aku hanya memohon dua hal padamu dan Eomma. Tolong jangan paksa aku untuk menikah dan jangan pernah tanyakan lagi siapa yang menghamiliku. Aku mohon…”
Appa mengangguk, “Baiklah, nak.” Eomma pun seperti itu. mengangguk untuk permintaan putrinya sembari mengusap punggung Hye Soo.
To be continued...
*
*
0 komentar:
Posting Komentar