Title : My Daughter
Author : Vi_Agsh
Genre : Romance, Family
Length : Chaptered
Main Cast : SHINee's Jonghyun, Choi Hye Soo (OC), Choi Sarang (OC)
Support Cast : All SHINee's Member & SM Town's Family
*
*
High heels delapan senti berwarna hitam yang selalu menjadi alas kaki Hye Soo ketika pergi ke kantor sudah di lepaskan dan berganti dengan sandal rumah yang nyaman. Setelah ini rencana Hye Soo adalah berendam dengan air hangat di bathtub, ditemani lilin aroma terapi dan musik klasik dari Bethoven. Ugh! Pasti sangat nikmat. Hye Soo tidak sabar untuk sampai dikamar.
Ditahun pertama Hye Soo kuliah untuk mengambil gelar Magister, Appa meninggalkan dunia ini. Semua orang terpukul, pasalnya Appa pergi dengan tiba-tiba. Dokter bilang itu serangan jantung padahal sebelumnya Appa tak pernah mengeluh tentang jantungnya atau kesehatannya. Sejak itulah Hye Soo yang mengambil alih perusahaan, sampai sekarang.
Inginnya Hye Soo melanjutkan pendidikan tapi untuk sekarang ini tidak ada yang mengurus perusahan.
Hye Soo merasa jauh lebih segar dan relax setelah kegiatan berendam yang menghabiskan waktu hingga dua jam sampai dia melewatkan makan malam bersama dengan Eomma dan Sarang. Sebenarnya dia sengaja, dia malas melihat anak itu. Hye Soo tidak mau mood-nya rusak hanya karena bocah itu.
Ingin rasanya Hye Soo mengumpat. Kenapa mereka harus bertmeu disini? Yang benar saja. Mau apa anak itu berada di dapur, ini sudah lewat jam makan malam. Mau apa dia? Hye Soo hanya ingin membuat susu dietnya, bagaimana bisa mereka saling bertemu? Mungkin setelah ini Hye Soo akan menambah ukuran luas rumah ini agar kemungkinan bertemu Sarang lebih kecil.
“Eonni, kau sudah pulang?” tanya si kecil.
Hye Soo memutar bola matanya, “Aku sudah disini, itu artinya aku sudah pulang. Kau ini bodoh atau apa?”
Tentu saja, Sarang sudah sering diperlakukan begini. Dimarahi dan dibentak tanpa tahu salahnya dan tanpa sebab. Sejak kecil, kakaknya –begitulah yang Sarang tahu– selalu marah-marah. Eomma selalu bilang padanya, “Jangan sedih ya, Eonni seperti itu karena dia lelah dan sedang banyak pekerjaan.” Dan si kecil Sarang pun mengangguk paham.
“Eonni, ayo kita main.” Ajak Sarang ceria. Dia baru saja dibelikan boneka Barbie oleh Eomma dan Eomma bilang boneka Barbie juga merupakan kesukaan Hye Soo, jadi Sarang pikir kali ini kakaknya pasti mau bermain dengannya. Selama ini, Sarang belum pernah bermain dengan Hye Soo, sama sekali. Dan Sarang ingin mereka bermain bersama.
“Aku tak ada waktu.”
Dengan segelas susu ditangan Hye Soo pun pergi meninggalkan Sarang sendirian di dapur.
*
*
“Hye Soo-ya, besok Eomma akan pergi ke Busan selama beberapa hari. Hyorin akan menikah.”
“Eoh? Secepat itu?” lagi-lagi, Hye Soo menenggak susu dietnya. Badannya sudah kurus, entah mau sekurus apa lagi. Eomma sudah sering mengingatkan tapi Hye Soo selalu beralasan “bulan ini terakhir aku minum ini, Eomma.” Kemudian Eomma diam menerima alasannya. Kini Hye Soo kembali meminum susu berwarna coklat itu.
“Dia seumuran denganmu, ‘kan? sudah 28 tahun. Kau saja yang tidak kunjung menikah.”
“Eomma…” keluh Hye Soo dengan nada memohon. “Eomma tahu, ‘kan kenapa aku begini?”
“Eoh. Arraseo.” Tanggap Eomma bosan. Eomma mengambil tas sekolah Sarang yang tergantung pada sandaran kursi makan, mengajak anak kecil diruangan itu untuk segera ke sekolah. “Kajja, Sarang-ah. Kita berangkat.”
“Jika Eomma pergi nanti, kau yang mengantar Sarang ke sekolah.” Perintah Eomma pada Hye Soo dan tentu tidak akan diterima Hye Soo begitu saja.
“Eomma… yang benar saja? Kenapa harus aku padahal sudah ada Tuan Lee?” protes si ‘sulung’.
“Kita harus memastikan sendiri dia sampai dengan selamat ke sekolahnya. Setiap hari Eomma ikut mengantarnya, bukan?”
“Tapi, Eomma…” Rengek Hye Soo seperti anak kecil.
“Antarkan dia setiap hari. Ini perintah, Hye Soo-ya. Kau bilang tidak akan membantah lagi, jadi sekarang lakukan perintah Eomma.” Tegas Eomma tak ingin di tolak.
Hye Soo menghela napas, “Ne, Eomma.” Kalau Eomma sudah mengingatkan dia pada janjinya dulu, Hye Soo sudah tidak bisa mengelak dan menolak lagi. Kadang dia menyesal kenapa harus berjanji seperti itu dulu.
Tenangkan dirimu, Hye Soo-ya. Ini hanya beberapa hari.
*
*
Eomma menutup pintu kamar Sarang setelah gadis kecil itu tertidur nyenyak. Setiap hari memang seperti inilah kegiatan Eomma. Mengurus keperluan cucu-nya dari pagi hingga malam. Mulai dari memandikan sampai menidurkan.
Masuk ke dalam kamar, Hye Soo sudah berbaring disana sambil memainkan ponselnya. “Wae, Hye Soo-ya? kenapa kau tidur disini?”
Perempuan itu menoleh lalu menyimpan ponselnya keatas meja kecil disamping tempat tidur. “Aku ingin tidur disini, Eomma.”
Saat Eomma sudah berbaring disebelahnya, Hye Soo langsung memeluk ibunya dan mencari posisi senyaman mungkin untuk tidur.
“Wae? Kau ada masalah?” tanya Eomma lagi. Tidak biasanya anaknya begini.
“Anniya. Aku ingin saja tidur disini dengan Eomma. Apa aku salah? Jangan perhatikan Sarang terus. Aku juga anakmu, bukan hanya dia.”
“Dia anakmu, Hye Soo-ya.” Eomma mengingatkan.
“Eomma, please…” mohon Hye Soo, sedangkan Eomma hanya mengangguk paham. Beberapa kali Eomma mengingatkan dan sebanyak itu pula Hye Soo menolak kenyataan.
Eomma bahkan pernah bertanya kapan Hye Soo akan memberitahu Sarang jika anak itu adalah anaknya, tidak mungkin mereka hidup begini terus. Seorang cucu yang memanggil ibu pada neneknya, tidakkah Hye Soo ingin dipanggil ibu juga. Tapi, bukannya menjawab Hye Soo malah mengalihkan pembicaraan.
Melihat para sepupunya sudah punya anak yang lucu-lucu, yang memanggil ibu pada mreka, Hye Soo bahkan tidak iri. Hal yang paling miris adalah Hye Soo yang menyukai dan menyayangi anak dari sepupunya tapi dia tidak menyayangi anaknya sendiri.
“Eomma…” panggil Hye Soo setelah beberapa saat diam.
“Eum?”
Posisi ternyaman untuk Hye Soo adalah menyandarkan pipinya di bahu Eomma dan tangan Eomma mengusap kepalanya dengan lembut. “Bisakah Eomma tidak pergi ke Busan?”
“Aish! Hyorin yang menikah, kenapa harus Eomma yang repot?” Katanya lagi.
“Jangan begitu, ketika Appa meninggal Minjung Imo membantu kita disini selama sebulan.”
Hye Soo diam saja menggapinya. Tentu dia ingat, bibi-nya yang satu itu memang sangat baik dan pengertian. Dia meninggalkan keluarganya selama sebulan hanya untuk membantu Hye Soo dan Eomma di Seoul. Hye Soo juga sadar jika hal itu harus dibalas hal yang sama jika keluarga mereka ada keperluan seperti ini.
“Jika Eomma pergi nanti, baik-baiklah pada Sarang. Jangan terlalu sering memarahi dan membentaknya. Dia masih kecil, tidak tahu apa-apa. Dia pasti sedih jika kau terus memarahinya sementara Eomma tidak ada untuk menemani dia.”
“Dia selalu membuatku kesal. Itu sebabnya aku memarahinya.”
“Dia tidak pernah melakukan apa-apa padamu tapi kau terus saja memarahinya. Eomma mohon sedikit baiklah pada Sarang. Tidak hanya ketika Eomma pergi, untuk seterusnya setidaknya bersikap baiklah padanya. Itu tidak akan merugikanmu ji-“
“Baik. Baiklah, Eomma. Aku akan berusaha bersikap baik padanya.” Potong Hye Soo. Jadi Eomma bicara panjang lebar hanya untuk meminta Hye Soo baik-baik pada Sarang? Ada sedikit rasa tidak suka dalam hatinya, seperti cemburu. Karena hanya Sarang yang selalu diperhatikan. Selalu saja anak itu.
Tapi tidak mungkin dia mengatakan pada Eomma jika dia cemburu pada anak kecil. Eomma pasti tertawa mendengarnya.
“Dan jangan lupa untuk mengantar dan menjemputnya sekolah. Ini perintah, Hye Soo-ya.”
“Ne… ne, Eomma.”
“Sekarang tidurlah, kau harus bangun pagi untuk mengantarkan Eomma ke stasiun kereta api.”
To be continued...
*
*
*
0 komentar:
Posting Komentar