Title : Already Gone
Author : Vi_Agsh
Length : Chaptered
Genre : Romance
Cast : Bigbang's G-Dragon & 2NE1's CL
*
*
*
Chaerin POV
Aku berjalan keruangan nona Choi dengan membawa amplop berisi surat pengunduran diriku dari perusahaan ini. Sebenarnya aku berat meninggalkan tempat ini karna aku sudah nyaman bekerja disini walaupun baru setahun. Teman-teman disini juga membuatku betah bekerja disini. Tapi aku juga ingin mengejar mimpiku untuk menjadi penyanyi terkenal.
Disinilah aku sekarang, didepan pintu dengan plat “General Manager” tergantung didepannya. Aku mengangkat tanganku merasa sedikit ragu dengan apa yang kulakukan sekarang jadi aku mengurungkan niatku untuk mengetuk pintu didepanku ini.
YG Entertainment. Setelah ini aku aka nada diperusahaan itu sebagai trainee tapi apa aku akan benar-benar berhasil? Apa aku akan berhasil menjadi seorang idol?
Yang kutahu ada juga yang keluar dari YG karna tidak debut sebagai idol. Apa aku akan berakhir seperti mereka? Ini langkah besar dalam hidupku, jika aku salah melangkah sedikit saja ini akan mengahancurkanku.
Ah! Kau harus semangat Chaerin! Kau tidak boleh menjadi lemah seperti ini. Kesempatan seperti ini tidak akan datang dua kali. Berhasil atau tidak berhasil itu urusan nomor kesekian, yang penting sekarang adalah kau jalani saja takdirmu.
Akhirnya aku berhasil menetapkan hatiku untuk melangkah dan menghadapi apa yang ada didepanku. Tanganku terangkat untuk mengetuk pintu ini. Ini kesempatan besarku untuk kesuksesan dan mengapai apa yang kuimpikan.
“Come in.” terdengar suara dari dalam.
“Ini aku, nona Choi. Aku ingin menyampaikan sesuatu.” Ujarku setelah aku masuk dan berdiri didepan mejanya.
“Ah ternyata kau. Ada apa, Chaerin-ah?” wanita cantik didepanku ini mendongak meninggalkan kertas-kertas yang sebelumnya menjadi focus utamanya dan menatapku.
“Emh.. Aku ingin menyerahkan ini padamu.” Aku memberikan surat pengunduran diri yang tadi kubuat padanya.
Dia mengambil surat yang kuberikan, merobek amplopnya lalu membaca isinya. “Kenapa kau ingin mengundurkan diri Chaerin-ah? Tidakkah kau nyaman bekerja padaku? Kau juga salah satu karyawan brilliant-ku. Wae? Kau ada masalah disini?”memberikanku pertanyaan bertubi-tubi setelah dia selesai membaca isi suratku.
“Aniyo. Bukan seperti itu, nona Choi. Aku mengundurkan diri karna aku dan Oppa-ku akan pindah ke kota lain. Aku tidak bisa meninggalkannya sendirian begitu pula sebaliknya. Jadi aku memutuskan untuk mengundurkan diri dan ikut dengannya.” Jelasku panjang lebar pada boss-ku ini. Dia hanya mengangguk tanda mengerti dengan ‘masalah’ku.
“Geurae. Aku mengerti. Terima kasih sudah bekerja dengan baik selama ini dan sudah sepenuh hati mencurahkan perhatianmu pada majalah. Semoga kau sukses ditempat lain.” Nona Choi tersenyum hangat.
Walaupun dia boss kami tapi dia tidak pernah bersifat sombong, dia menganggap kami semua karyawannya sebagai temannya. Benar-benar wanita yang baik.
“Tapi jika kau kembali dan membutuhkan pekerjaan, jangan ragu untuk datang padaku.” Kurasa aku tidak akan menemukan seorang boss seperti dia ditempat lain. Orang seperti ini benar-benar langka.
Biasanya seorang boss akan bertindak sok berkuasa, sombong, dan sewenang-wenang karna dia memiliki posisi dan jabatan yang tinggi. Mudah-mudahan Yang Hyun Suk sajangnim benar-benar orang yang baik hati seperti yang kuketahui selama ini. Orang yang tidak akan memandang seseorang buruk karna latar belakangnya. Dia hanya akan melihat seseorang dari bakatnya. Seperti itulah sifatnya yang kuketahui.
“Kamsahamnida, Sajangnim. Jika aku kembali ke Seoul aku pasti akan mencarimu.” Aku tersenyum membalas senyum wanita ini dan menjabat tangannya. Aku membungkuk dan segera kembali ke mejaku untuk membereskan semua barang-barang-ku dan pulang kerumah.
*
*
*
Aku membuka pintu apartement ini perlahan-lahan takut jika Jiyong ada didalam walaupun tidak mungkin dia sudah ada dirumah mengingat ini masih jam kantor dan dia pasti belum pulang sekarang. Tapi apa salahnya berhati-hati? Perlahan tanganku menyentuh sandaran sofa yang biasa kami duduki berdua saat menonton tv.
Hanya ada kami berdua dirumah ini. Tempat yang tidak terlalu besar tapi sangat nyaman untuk ditinggali. Melewati hidup susah dan senang bersama, saling menguatkan jika salah satu dari kami terjatuh, memberikan cinta sepenuh hati.
Tapi sekarang sudah berbeda, dia bukanlah Jiyong yang kukenal dulu. Dia memang dingin tapi tidak kasar seperti sekarang. Aku benar-benar membencinya yang dengan teganya menyuruhku membunuh anaknya sendiri.
Orang seperti itu benar-benar tidak akan termaafkan! Orang macam apa yang membunuh anaknya hanya karna ingin bersenang-senang menikmati masa mudanya? Cih! Brengsek!
Aku mengepalkan tanganku dengan kuat mengingat kata-kata yang pernah diucapkannya didepanku, sangat kuat hingga kuku-kuku menancap ditelapak tanganku, walaupun begitu rasa sakit ditanganku tidak seberapa dibanding rasa sakit hatiku. Tidak hanya ingin membunuh anaknya, dia bahkan berselingkuh dibelakangku!
Setetes air mata jatuh dipipiku, buru-buru aku mengusapnya. Aku tidak boleh seperti ini, dia bukan orang yang pantas untuk ditangisi. Menangisinya hanya membuang-buang tenaga, tidak ada gunanya. Aku kesini hanya ingin mengemasi barang-barangku, bukan untuk mengingat kembali apa yang sudah dilakukannya padaku.
Tidak hanya pada Jiyong, aku juga membenci tempat ini karna disinilah dia merendahkanku dengan kata-katanya.
Aku masuk kekamarku. Yang pertama kali tertangkap pandangan mataku adalah pigura yang terletak diatas nakas disamping kasurku. Ada aku dan dia disana, tersenyum bahagia seakan hari itu merupakan hari terindah sepanjang hidup kami.
Harus kuakui dia memang tampan apalagi dengan senyum menawan seperti itu, wanita mana yang tak tergila-gila padanya. Aku memang gila karna tergila-gila padanya. Aku perempuan tidak waras sehingga berani memberikan tubuhku padanya.
Semua barangku yang ada disini akan aku bawa dan tak ada satu pun yang tertinggal agar tak ada kenanganku yang tertinggal disini.
Jam berapa sekarang? Aku terlalu sibuk membereskan barang-barangku sehingga tidak menyadari hari sudah sesore ini. Aku melirik jam yang tergantung disalah satu sudut ruangan ini. 04.32 sore. Sebentar lagi sudah jamnya Jiyong pulang. Aku harus buru-buru sebelum dia sampai rumah dan memergoki aku disini.
Cukup sulit membawa dua koper besar dan tiga tas-ku kelantai bawah. Untung saja saat lift terbuka ada satpam yang membantu membawakan dan memasukannya kedalam taxi. “Kamsahamnida.” Ujarku sedikit membungkuk pada satpam yang sudah membantuku.
“Ne. Senang bisa membantu. Tapi apa anda akan pindah dari sini, nona?” orang yang kuperkirakan usianya sudah setengah abad ini bertanya.
“Ne. Aku sudah tidak tinggal disini lagi. Ada apartment kecil didekat tempat kerjaku dan aku akan tinggal disana.” Seraya tersenyum aku menjawab pertanyaannya.
Hanya itu yang bisa kukatakan, tidak akan ada seorang pun yang mendapat informasi tentangku. Pria didepanku ini cukup kenal dengan Jiyong, jika dia tau informasi tentangku pasti dia akan memberitahu pada Jiyong.
Pria bermarga sama denganku ini hanya menganggukan kepalanya mendengar penjelasanku. “Kalau begitu hati-hati dijalan ya.” dia membukakan pintu untukku.
“Kamsahamnida.” Aku berterima kasih sekali lagi padanya. Dari dalam taksi aku sedikit membungkuk kearahnya lalu melambaikan tangan.
“Kita mau pergi kemana, agashi?” si supir taksi kali ini yang bertanya padaku.
“Hapjeong-Dong, Mapo-Gu no. 347-8. GoldMic Building. ” Beberapa hari yang lalu aku pernah melewati daerah itu dan menemukan gedung apartment kecil dan aku akan tinggal disana. Kebetulan tempat itu tidak jauh dari gedung YG yang akan aku datangi besok.
Aku menghela napas sambil memegangi dada kiriku yang berdegup kencang. Ah bagaimana ini? Aku akan bertemu Yang sajangnim besok. Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan padanya. Haruskah aku mengatakan tentang keadaanku sekarang padanya? Tentang anak ini? Apa dia akan mengerti?
“Nona, kita sudah sampai.” Si supir taksi dengan cepat menemukan tempat yang ingin kutuju dan tepat berhenti didepan gedung ini. Gedung GoldMic, nama yang aneh memang mengingat ini merupakan sebuah apartment dengan nama lebih mirip tempat karaoke. Aku memberikan uang pada si supir sesuai argo dan memintanya menurunkan barang-barangku lalu membawanya masuk kedalam gedung ini.
Chaerin POV End
*
*
*
Satu lagi hari yang melelahkan untuk Jiyong. Setelah meeting dengan client sampai jam empat sore dia harus kembali lagi kekantor dan menyiapkan berkas untuk meeting selanjutnya besok pagi-pagi sekali.
Untunglah ada seseorang yang membantunya, orang yang selama ini menjadi tempat pelariannya jika sedang bertengkar dengan Chaerin. Jiyong akui dia sangat nyaman bersamanya.
Kiko. Tepatnya Kiko Mizuhara. Gadis keturunan Jepang-Korea-Amerika yang juga merupakan anak dari bos diperusahaan tempat Jiyong bekerja. Menurut Jiyong wanita ini berbeda dengan Chaerin. Selain cantik dia juga baik dan tidak cerewet, lain dengan Chaerin yang bertambah banyak bicara dan banyak menuntut ini itu belakangan ini dan itu membuat Jiyong bosan.
Jiyong tidak suka yeoja berisik. Dan nilai plus-nya Kiko yeoja pintar dan juga sexy dimata Jiyong. Insting pria tidak bisa dibohongi.
Jiyong turun dihalte dekat gedung apartmentnya dan bergegas masuk karna rintik-rintik hujan sudah mulai turun. “Jiyong-ssi anda baru pulang?” sapa satpam yang sama yang membantu Chaerin tadi. “Ah ne.” sahut Jiyong sembari tersenyum lalu melangkahkan kakinya menuju lift.
*
*
*
Jiyong POV
Aku membukan pintu apartment kecilku ini. Gelap sekali, tidak biasanya seperti ini. Kemana Chaerin? Apa dia belum pulang? Ini sudah hampir pukul enam tidak mungkin dia belum pulang.
Aku menyalakan saklar lampu diruangan ini, ternyata jendela diujung juga belum ditutup. Yak! Lee Chaerin dimana kau sampai jendela saja lupa kau tutup?! Percikan air masuk karna hujan diluar cukup deras. Aish! Aku sudah bekerja seharian dan aku juga yang harus melakukan ini?!
Brak! Bunyi dentuman daun jendela yang kubanting benar-benar kencang dan aku yakin Chaerin mendengar dari dalam kamarnya. Anak itu selalu saja membuatku kesal belakangan ini!
“Chaerin-ah!” teriakku sesaat setelah aku membuka pintu kamarnya. Mwoya? Apa-apaan ini? Dia tidak ada dikamarnya. Kemana dia? Sudah hampir malam dan dia belum pulang? Tunggu dulu, sepertinya ada yang aneh dengan kamar ini. Ruangan ini terlihat kosong.
Aku membuka lemari pakaiannya yang ada dipojok kamar ini dan kosong! Ada apa ini? Dia pergi? Kembali aku teringat dengan pertengkaranku dengannya kemarin.
Dia benar-benar pergi karna itu? Dengan panik aku memeriksa setiap laci dinakasnya dan setiap sudut kamar ini. Barang-barangnya sudah tidak ada! Ini tidak mungkin. Tidak mungkin dia sudah pergi. Tidak mungkin dia pergi tanpa persetujuanku!
Aku harus mencarinya! Harus! Aku harus membawanya kembali kerumah ini, membawanya kembali padaku!
Jiyong POV End
*
*
*
Jiyong segera berlari keluar untuk mencari Chaerin yang pergi tanpa sepengetahuannya.
Ting!
Bunyi lift tanda dia sudah sampai dilantai dasar gedung ini. Pria kurus ini berlari keluar gedung ditengah derasnya hujan tak peduli akan basah kuyup, yang terpenting sekarang adalah menemukan Chaerin, pikirnya. Tidak ada yang lebih penting dari pada itu sekarang termasuk kesehatannya.
Berlari tak tentu arah ditengah hujan, begitulah Jiyong sekarang. Ah dia ingat tempat favorit Chaerin, The Show café. Jiyong bergegas berlari menuju tempat itu berharap Chaerin ada disana duduk dekat jendela dan meminum cappuchino kesukaannya.
Kring!
Bel pintu berbunyi saat Jiyong membuka pintu kaca itu. Terengah-engah dia mengedarkan pandangannya keseluruh café, cukup sepi disini karna hujan diluar membuat orang-orang enggan keluar untuk sekedar minum kopi. Kabar buruknya Chaerin tidak ada disana.
“Maaf tuan, ada yang bisa saya bantu?” seorang pelayan datang menghampiri Jiyong karna dia hanya diam didepan pintu memandang kearah salah satu sudut café ini, sudut favorit Chaerin.
“Apa hari ini ada seorang wanita berambut pirang dan bermata kucing datang kesini?” Jiyong mencoba mendeskripsikan ciri-ciri Chaerin pada si pelayan.
“Saya tidak terlalu yakin, tapi seingat saya tidak ada wanita dengan ciri-ciri seperti itu kesini.”
“Ah baiklah. Kamsahamnida.” Jiyong keluar dari café itu dengan langkah lunglai. Kemana lagi dia harus mencari Chaerin? Suatu hal yang tidak mungkin jika dia pergi kerumah lamanya mengingat rumah itu sudah diambil oleh pamannya.
Badan Jiyong benar-benar menggigil sekarang. Efek hujan-hujanan baru terasa. Lebih baik dia pulang daripada lebih lama diluar sini dia bisa sakit dan tidak bisa mencari Chaerin.
“Anda dari mana tuan? Kenapa sampai basah kuyup seperti ini?” pria paruh baya dengan nametag ‘Lee Ji Hoon’ itu menghampiri Jiyong yang benar-benar basah kuyup akibat berlari ditengah hujan.
Sudah dua kali dia bertemu satpam apartment ini dalam satu jam terakhir. Orang ini ada disini seharian dia pasti melihat jika Chaerin keluar dari gedung ini.
“Ahjussi, apa kau melihat Chaerin?” Walaupun Jiyong ragu orang ini tahu atau tidak tentang Chaerin, tapi bertanya pun tidak ada salahnya.
“Nona Chaerin? Bukannya dia sudah pindah dari sini? Anda tidak tahu? Saya kira dia pindah dengan anda.”
“Mwo?” Jiyong terbelalak mendengar ucapan pria didepannya ini. “Kau tidak salah kan Ahjussi? Chaerin yang tinggal denganku sudah pindah? Kapan kau bertemu dengannya? Pindah kemana dia?”
“Ne, Chaerin yang tinggal denganmu. Nona Lee Chaerin. Aku bertemu dengannya tadi sore. Dia membawa dua koper besar dan beberapa tas seperti travel bag. Yang kutahu dia baru pindah hari ini. Dia menemukan apartment kecil didekat tempat kerjanya, itu saja yang dia katakan padaku.”
“Apartment kecil didekat tempat kerjanya?” seingat Jiyong tidak ada yang seperti itu disana karna tempat kerja Chaerin merupakan kawasan elit.
“Ah begitu. Geuraeyeo. Kamsahamnida, Ahjussi.” Sedikit informasi dari Lee ahjussi –begitu Jiyong biasa memanggilnya– sangat bermanfaat bagi Jiyong. Besok dia akan mencoba pergi mencari Chaerin kesana. Semoga apa yang dikatakan Lee ahjussi bahwa Chaerin menyewa apartment didekat kantornya itu benar, batin Jiyong.
*
*
*
“Hah! Akhirnya selesai,” Chaerin sudah ada diapartment barunya dan sudah selesai membereskan baju-baju dan beberapa barangnya. Dia menyandarkan punggungnya yang terasa pegal. Jendela diujung sana belum tertutup menyebabkan tirainya bergerak kesana-kemari karna angin yang masuk.
Rintik-rintik hujan sudah mulai turun dan beberapa ada yang masuk melalui jendela tadi. Dengan langkah berat Chaerin berjalan menuju jendelanya yang belum tertutup.
Memandang sebentar keluar. Kamarnya ada di lantai tiga gedung ini. Dia melihat kearah gedung mewah bertingkat diluar sana. Gedung dengan design yang berbeda dari gedung-gedung lain disebelahnya.
YG Building. Hanya berselang beberapa blok saja dari tempatnya sekarang ini. Besok dia benar-benar akan kesana untuk mengejar mimpinya. Semoga semua berjalan sesuai dengan yang Chaerin harapkan. Menjadi trinee, debut, dan menjadi idol terkenal di Korea ini.
Hujan turun semakin deras membuat wajah Chaerin sedikit basah karna terkena air hujan. Buru-buru dia menutup jendela tempat dia bisa melihat gedung impiannya. Ah sebaiknya dia tidur karna besok adalah hari penting untuknya. Disini dia sendiri, tidak ada siapapun. Jam-jam segini biasanya Jiyong sudah pulang dan mereka sedang makan malam bersama.
Aish! Untuk apa mengingat pria brengsek itu? Hilangkan dia dari pikiranmu Chaerin-ah! Dia tidak pantas untuk diingat!
Chaerin mencoba untuk tidak mengingat-ingat lagi momen-momennya bersama Jiyong yang membuatnya akan semakin sakit hati. Gadis bermata kucing itu bergulung didalam selimut diatas kasur lipatnya, sudah semakin dingin sekarang karna hujan diluar semakin deras saja. Semoga besok pagi dia sudah bisa melupakan Jiyong dan bisa memulai kehidupan barunya.
*
*
*
Sudah tiga kali Jiyong mengitari tempat ini dan memperhatikan dengan teliti setiap gedung dan bangunan disana. Dia juga bertanya kepada beberapa pemilik toko disana dan semua orang-orang disana mengatakan tidak ada gedung apartment kecil disana, yang ada hanyalah hotel bintang lima dan itu artinya tidak mungkin Chaerin ada disana.
Jiyong sudah ada didepan gedung kantor Chaerin tapi dia masih ragu untuk masuk kesana. “Permisi..” mencoba mengajak berbicara seorang pria yang ingin masuk kesana dan sepertinya dia staf yang bekerja digedung ini. Itu artinya dia pasti tahu tentang Chaerin. “Apa anda mengenal nona Lee Chaerin?”
“Lee Chaerin?”si pria terdiam sejenak mencoba mengorek memorinya tentang seorang bernama Lee Chaerin. “Apa Lee Chaerin dari majalah The Light?”
“Ne. Benar itu dia. Kau tahu tentang dia?”
“Yang kudengar dia sudah mengundurkan diri dari The Light kemarin karna dia mau pindah kekota lain mengikuti saudara laki-lakinya yang pindah tugas.”
“Saudara laki-lakinya yang mana maksudmu? Dia sudah tidak punya keluarga sejak tiga tahun yang lalu!” nada Jiyong sedikit meninggi setelah mendengar penjelasan pria yang menjadi lawan bicaranya karna merasa tak terima dengan alasan aneh itu. Satu-satunya keluarga Chaerin hanyalah dia dan dia tak mau pergi kemana-mana apalagi keluar kota.
“Ya! Aku juga tidak tahu tentang itu... Ah! Minkyung-ah!” pria itu memanggil seseorang yang Jiyong tidak tau siapa itu tapi sepertinya seorang wanita.
“Ne?” seorang wanita cantik berkulit pucat datang menghampiri mereka.
“Sebaiknya kau bertanya padanya karna Lee Chaerin dan dia bersahabat. Aku pergi dulu.” Pria yang tadi ditanyai Jiyong menepuk pelan lengan wanita yang kini Jiyong ketahui bernama Minkyung.
“Ada apa, tuan?” Minkyung bersuara memperhatikan Jiyong dari atas kebawah. Penampilannya berantakan dengan rambut dan kening sedikit basah karna keringat. Apa pria itu sedang jogging? Tapi tidak mungkin dengan memakai coat karna itu akan terlihat sangat aneh.
“Kau temannya Chaerin?”
“Ne. Kau siapa? Kalau dilihat-lihat kau sedikit mirip dengannya, kau oppa-nya itu ya?” Minkyung memandang Jiyong dengan tatapan aneh. Jika memang orang ini oppa Chaerin bagaimana bisa dia tidak tahu Chaerin ada dimana sekarang dan malah mencari Chaerin kesini. Apa dia tidak tahu adiknya itu menjadi trinee di YG?
Ah! Ternyata begitu ya? Minkyung tersenyum dalam hati karna kini dia mengerti apa yang dipikirkan Chaerin. Anak itu pasti tidak mau memberitahu keluarganya karna takut tidak diijinkan untuk menjadi trinee dan akan memberikan kejutan pada oppa-nya ini saat dia debut nanti.
“Emh.. ne. Apa kau tahu dia ada dimana sekarang? Dia kabur dari rumah.” Jiyong mencoba menjelaskan apa yang menjadi masalahnya sekarang.
“Mwoya? Dia kabur? Wah anak itu benar-benar…” Minkyung bicara dengan nada yang dibuat pura-pura dramatis lalu menunjukkan senyum manisnya pada Jiyong.
“Kau tidak perlu khawatir, Oppa. Chaerin pasti akan baik-baik saja dan sekarang dia sedang sangat bahagia. Kau hanya tinggal menunggu sampai tiga atau empat tahun lagi dia pasti akan muncul kepermukaan. Kau tidak perlu khawatir, biarkan saja dia pergi.” Minkyung berkata ambigu sembari masih menampilkan senyum diwajahnya berbeda dengan Jiyong yang melihati Minkyung dengan matanya berkilat marah.
“Mwo? Apa kau bilang hah?! Tiga atau empat tahun?!!”
“Ya! Oppa kau jangan marah dulu…” Minkyung mundur beberapa langkah karna melihat wajah dan tatapan Jiyong yang sangat mengerikan.
“kau! Apa kau bisa menjamin dia baik-baik saja selama itu hah?!! Kau bisa menjamin dia aman?!! Bagaimana denganku jika tidak ada dia?! Kau tidak tahu apa-apa, perempuan jalang!!” kini kedua lengan Jiyong sudah dipegangi beberapa orang karna dia terlihat akan menyerang Minkyung saat itu juga.
Jiyong yang berteriak seperti orang gila juga membuat mereka manjadi pusat perhatian orang-orang yang berlalu lalang disana.
“Yah! Apa kau bilang hah?!” Minkyung yang awalnya takut kini berteriak karna Jiyong yang dengan kurang ajarnya menyebutnya jalang. Wanita itu menghampiri Jiyong dan…
PLAK!
Tangannya mulus menampar Jiyong sekuat yang dia bisa karna tak terima dengan apa yang dikatakan Jiyong. “Harap kau ingat dengan tamparanku ini sebelum kau dengan kurang ajarnya menyebut seorang wanita dengan sebutan jalang!!”
“Ya! Kau jalang!!” Jiyong masih meneriaki Minkyung walaupun wanita itu sudah tak terlihat karna sudah masuk kedalam gedung tempatnya dan Chaerin bekerja.
“Jiyong-ah~”
Jiyong menoleh mendengar namanya dipanggil otomatis membuatnya sedikit tenang. Seorang wanita kurus menghampiri Jiyong yang kedua lengannya masih dipegangi beberapa orang. Melihat wanita itu datang satu persatu orang yang memegangi Jiyong melepaskan tangannya karna sudah ada pawang yang bisa mengendalikan namja kurus itu agar bisa tenang.
“Kiko-ssi~” Jiyong hanya menggumamkan nama wanita yang datang menghampirinya itu.
“Ada apa, Jiyong-ah? Kau membuat keributan disini?”
“Kiko, kenapa kau bisa ada disini?”
“Aku? Aku kebetulan lewat sini dan dari kejauhan melihatmu ada didepan gedung ini sedang membuat keributan. Ada apa?”
“Aku mencari adikku disini. Dia kabur dari rumah.” Jiyong menjawab pelan.
“Dan kau menemukannya?”
“Tidak. Dia tidak ada disini. Dia sudah tidak bekerja di The Light lagi. Dimana aku harus mencarinya? Bagaimana aku bisa hidup tanpa dia? Dia satu-satunya keluargaku. Satu-satunya yang kupunya.” Jiyong meremas rambutnya kuat merasa frustasi karna seorang wanita yang bernama Lee Chaerin.
“Sudahlah, sebaiknya kita pergi dari sini. Orang-orang mulai melihati kita.” Kiko menarik tangan Jiyong mengajaknya masuk mobilnya lalu pergi dari gedung pencakar langit itu.
To be continued...
Pernah dipublikasikan di fanpage Skydragon Fanfiction Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar